Destinasi

Anak Laki-Laki Bermain Boneka?

Mainan anak usia nol hingga lima tahun bukan hal remeh loh, karena lewat mainan tersebut yang sesuai dengan usia mereka bisa mengembangkan kreativitas dan stimulan pertumbuhan anak dari segi psikologis. Jadi orang tu perlu menyediakan mainan anak yang sesuai agar menstimulasi tumbuh kembang anak, dan boneka menjadi mainan favorit anak dan orang tua.

Sebenarnya boneka bukan hanya mainan anak perempuan, cuma kebanyakan orang tua memiliki pandangan negatif terkait boneka dan anak laki-laki dan berusaha menjauhkan anak laki-laki dari hal berbau perempuan termasuk boneka. Sehingga orang tua perlu mengenalkan boneka kepada anak laki-lakinya juga. Apa alasannya?

Psikolog Perkembangan Anak dan Play Therapist, Mayke S. Tedjasaputra dan psikolog dari Briwijaya Women and Children Hospital, Rika Ermasari, S.Psi., Ct., CHt. mengatakan bahwa alat permainan anak sebaiknya lintas gender. Jadi semestinya boneka tak hanya menjadi mainan anak perempuan. Anak laki-laki terutama pada usia empat tahun tetap membutuhkan boneka sebagai mainannya, karena anak-anak pada usia ini sedang bermain peran yang bersifat imajinatif. Boneka salah satu alat bermain yang dapat membantu anak memenuhi kebutuhan akan bermain peran.

Rika menjelaskan bahwa tidak apa-apa bagi anak laki-laki bermain boneka, ada tahap pelan-pelan tuk melepaskannya, ada masanya anak laki-laki tidak akan lagi bermain boneka, ini juga terkait dengan peran orang tua yang sebaiknya menyediakan mainan yang sesuai usia dan tahapan pertumbuhan anak. Penyediaan materi diatur sesuai aturan dalam stimulasi tumbuh kembang anak. Jika anak mulai bosan dengan satu mainan, sediakan mainan lain yang tetap sesuai usia dan tahapan perkembangannya. Sehingga orang tua tidak perlu khawatir jika anak laki-lakinya suka bermain boneka. 

Walaupun seandainya orang tua tetap khawatir, psikolog menyarankan untuk memberikan pilihan boneka yang bervariasi. Seperti boneka bentuk hewan ataupun boneka yang sesuai dengan karakter laki-laki. Justru dengan permainan lintas gender, anak laki-laki kan lebih mudah beradaptasi saat ia tumbuh besar nantinya. Kebiasaan memainkan mainan lintas gender seperti itu akan mempengaruhi kemampuan sosialnya sejak belia, sehingga anak laki-laki akan merasa lebih nyaman saat berbaur dengan anak perempuan dan kedepannya tidak mengalami masalah dengan lawan jenis. Ia juga tidak akan merasa sungkan jika diberi pekerjaan yang notabenenya adalah pekerjaan perempuan, seperti menyapu, mengepel ataupun mencuci piring. Dan tentu ini dampak positif untuk masa depannya.