Destinasi

Mitos puter pelung dalam literasi budaya jawa

Siapa yang tak kenal dengan burung puter pelung? Jenis burung dengan suara anggungan yang khas. Burung ini berpostur gagah dengan suara yang mengalun serta berirama khas. 




Memiliki nama lain dederuk/streptopelia risoria, burung ini berpopulasi di daerah Jawa dan Bali. Habitat aslinya ada di hutan hujan tropis lembap dan hujan bakau subtropis dan tropis. Umumnya burung puter pelung memiliki tubuh berwarna cokelat muda dengan garis hitam pada punggung lehernya. Namun adapula jenis puter pelung albino yang berwarna putih.

Untuk membedakannya dengan burung lainnya yang serupa dapat diketahui dari suaranya yang khas nan merdu. Terdapat banyak mitos yang mengelilingi burung yang satu ini.

Mitos yang paling terkenal pada puter pelung adalah burung pembawa rezeki. Terkenal memiliki simbol kesederhanaan dan lancarnya rezeki. Dipercaya bahwa pemilik puter pelung ini akan menjaga dan memperlancar rezeki hingga dapat memenuhi nafkah seluruh anggota keluarganya. 

Puter pelung memiliki filosofi kesederhanaan yang diperoleh darikebiasaannya berpuasa. Burung puter pelung dapat bertahan tidak makan selama dua hari berturut-turut dan tidak minum namun tetap dapat hidup. 

Pada zaman sesepuh dahulu juga mengatakan hal yang sama yaitu dengan memelihara burung puter pelung apat mendatangkan rezeki. Kata puter diartikan sebagai dalam bahasa Jawa muter yang dalam bahasa Indonesia adalah berputar. 

Karena kebanyakan orang zaman dulu bermata pencaharian sebagai petani dan peternak, memelihara burung ini dipercaya dapat mempercepat proses perputarannya. Maksudnya perputaran pada siklus pekerjaan, misal pada pertanian akan cepat panennya dan terhambat dari beberapa penyakit/hama. 

Dan pada peternakan akan mempercepat proses perkembangbiakannya dan hal ini akan berbutas terus-menerus tiada habisnya. Terlebih jika membudidayakan burung puter pilang ini sendiri.

Selain dikenal sebagai bembawa rezeki, burung ini kerap kali dianggap sebagai penanda waktu. Apabila didengarkan lagi puter pelung memiliki suara yang khas yang dipercaya membantu pemilik untuk mengingatkan pada waktu-waktu tertentu. 

Biasanya burung ini mengeluarkan suaranya yang merdu setiap 15-20 menit sekali. Seperti pada saat pagi hari, puter pelung berbunyi sebagai pertanda membangunkan pemiliknya, kemudian pada waktu lainnya berbunyi lagi untuk mengingatkan pemilik agar segera berangkat bekerja dan pada sore haripun puter pelung menyambut pemiliknya sepulang bekerja. 

Burung yang satu ini juga dapat menjadikan suasana rumah menjadi tentram, damai dan menenangkan.

Namun menurut kepercayaan Jawa apabila mengusir burung puter pilang dapat menjauhkan rezeki. Dalam kitab primbon Jawa kuno, dikatakan bahwa burung puter pilang dapat membawakan keberuntungan. 

Dan sebaliknya jika membunuh atau mengusir burung ini juga dapat menjauhkan bahkan memperlambat rezeki. Jadi sebisa mungkin apabila menemukannya, jangan sampai mengusir burung puter pelung ini. 

Tak heran jika burung ini digemari banyak orang, tidak hanya penduduk jawa yang percaya pada mitos tersebut. 

Dengan banyaknya masyarakat yang mempercai mitos tersebut, membuat penjualan burung puter pelung ini semakin meningkat. Selain mitosnya, memang pada dasarnya burung ini biasanya diperlombakan karena suaranya yang unik dan merdu. 

Pada zaman dulu pemilik burung ini konon adalah orang yang berada, yaitu orang yang berstatus sosial tinggi. 

Namun, pada saat ini telah banyak masyarakat yang memilikinya bahkan membudidayakannya. Pembudidayaannya sangatlah mudah dan sederhana, burung ini juga cukup jinak dan mudah beradaptasi serta cenderung penurut kepada sang pemilik. 

Mengingat harga jualnya yang lumayan tinggi, terlebih jika burung pernah menang dalam kontes atau ajang perlombaan.